JAKARTA – Pebisnis logistik terus dihadapi situasi sulit ditengah Pandemi Covid-19. Belum usai soal mangkraknya ribuan kontainer limbah plastik yang diduga mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) di pelabuhan Tanjung Priok, kini dihadapi dengan kelangkaan kontainer ekspor hingga keterbatasan ruang atau space di kapal.
Sekjen Indonesia Maritime, Logistic and Transportation Watch (IMLOW) Achmad Ridwan Tentowi mengatakan, kondisi tersebut mengakibatkan harga pengiriman logistik melonjak, terutama dari Indonesia ke Amerika dan negara Eropa.
“Permasalahan utamanya yakni kelangkaan kontainer untuk ekspor yang bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi secara global. Namun disisi lain, banyak kontainer limbah bermasalah justru mangkrak sudah lebih dari setahun di kawasan pabean Priok. Ini kan ironis,” ujar Ridwan melalui keterangan tertulisnya pada Jumat (4/12/2020).
Dia mengatakan, sejak Pandemi Covid 19, importasi barang konsumsi juga mengalami penurunan lantaran masyarakat di dalam negeri cenderung menggunakan produk lokal.
Begitupun dengan impor bahan baku yang mengalami penurunan karena permintaan ekspor produk manufaktur melemah yang dipicu berkurangnya aktivitas industri akibat Pandemi Covid 19.
Menurut Ridwan, menurunnya pembelian di pasar global menyebabkan utilisasi banyak pabrikan juga mengalami penurunan. Selain daripada hal tersebut dengan menurunnya importasi dalam kontainer menyebabkan kelangkaan kontainer untuk ekspor.
“Kondisi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Pada saat ini defisit jumlah petikemas untuk memenuhi kegiatan logistik global berdampak baik kepada eksportir, importir dan seluruh stakeholder pelayaran,” ungkapnya.
Ridwan menyebut, bila kontainer ekspor langka tentu akan ada penumpukan barang digudang, selain dari pada itu ada beberapa destinasi tertentu yang oleh pelayarannya stop booking, untuk menghindari penumpukan kontainer full di pelabuhan transhipmen.
Dia juga mendesak pemerintah agar mempercepat pemusnahan limbah plastik yang menumpuk di pelabuhan-pelabuhan yang ada di Indonesia, terutama di pelabuhan Tanjung Priok agar kontainernya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekspor.
“Kontainer limbah plastik kemaren ada ribuan di tanjung priok yang harus dimusnahkan, dipercepat pemusnahannya, pemerintah membantu mempercepat pemusnahannya, agar kontainer tersebut bisa dipakai oleh pelayaran lagi untuk kegiatan ekspor kembali” ucap Ridwan.
Sementara itu, Tjejep Zahrudin, Dirut PT Nurindo Pratama Logistik, yang menangani sejumlah kegiatan ekspor di pelabuhan Tanjung Priok mengatakan, kondisi kelangkaan kontainer untuk pengapalan ekspor memang sempat terjadi sejak sebulan terakhir ini.
Namun, ungkapnya, sekarang ini situasinya sudah mulai berangsur membaik, meskipun belum normal seperti semula.
“Yang saya alami, kesulitan mendapatkan kontainer terutama untuk kontainer dry hanya terhadap pengapalan ekspor di pelayaran tertentu dan rute tertentu yang bersifat direct lantaran tidak tersedia (kontainer)-nya di depo. Namun, itu terjadi tidak pada semua pelayaran,” ujar Tjejep yang selama ini menggeluti kegiatan ekspor komoditi cruide palm oil (CPO) dan turunannya, melalui Pelabuhan Tanjung Priok, kepada beritakapal.com, pada Jumat (4/12/2020).
Dia berharap, kondisi kelangkaan kontainer khususnya untuk ekspor tidak berlarut-larut dan instansi terkait agar dapat menindaklanjuti persoalan para pebisnis logistik tersebut karena dampaknya menyangkut devisa bagi negara.(am)
Discussion about this post